“Aku punya mimpi ingin jadi pianis yang handal!”
“Ah, kalau mimpi jangan ketinggian, nanti kalau nggak terwujud jatuhnya sakit lho”
Mungkin percakapan seperti itu seringkali kita dengar ya, atau mungkin kita sendiri yang mengalami percakapan seperti itu? Saya pernah, sering malahan terlibat dalam percakapan seperti itu. Dulu, nyali dan keinginan saya dalam meraih mimpi akan anjlok seketika kalau mimpi saya direspon dengan kata “Kalau mimpi jangan ketinggian”.
Sebenarnya, kita boleh kok bermimpi setinggi dan sekhayal apapun. Mau setinggi puncak Everest, setinggi langit, seluas semesta, boleh kok. Standar tinggi tidaknya mimpi itu nggak ada, dan nggak akan pernah ada.
Jadi, kemarin ketika di perjalanan pulang ke Malang, Bapak saya sedang memperbincangkan soal mimpi dengan sepupu saya dan ada satu kata-kata Bapak yang terngiang di benak saya :
“Ngapain mimpi kok dibatasi. Mimpi itu jangan dibatasi, kalau mimpimu kamu batasi, berarti kamu membatasi do’a mu sendiri”
Ketika kita bergumam “Wah, aku ingin jadi pianis seperti dia”, nah gumaman tersebut sudah termasuk do’a lho. Pernah nggak ketika kalian berdo’a, terpikirkan untuk membatasi do’a kalian ke Tuhan? Nggak pernah kan? Lalu kenapa kalian membatasi mimpi kalian hanya karena kalian merasa mimpi kalian ketinggian setelah ada orang yang berkata demikian ke kalian?
Bagi seorang pianis handal, apabila ada seseorang yang bermimpi ingin seperti dirinya, Ia akan menganggap itu mimpi yang bagus, bukan mimpi yang ketinggian.
Bagi seorang artis papan atas, apabila ada seseorang yang bermimpi ingin seperti dirinya, Ia juga akan menganggap itu mimpi yang bagus, bukan mimpi yang ketinggian.
Lalu? Kenapa kita harus menciut karena mendengarkan kata-kata orang tentang mimpi kita? Kita berhak bermimpi, setinggi apapun itu. Ingat, mimpi adalah do’a. Jangan batasi mimpimu, jangan batasi do’amu. Karena Tuhan akan selalu mendengar do’amu, sekecil apapun itu.
Lalu, kalau misalkan mimpi kita nggak terwujud, bagaimana caranya menghapus rasa kecewa karena nggak bias meraihnya?
Satu hal yang pasti : Setidaknya ketika sudah pernah berdo’a untuk mimpi kita.
Misalkan ya nih, mimpi saya ini level 100. Tapi kenyataannya saya nggak bisa meraih level 100. Nah, tapi karena saya sudah berdo’a ke Tuhan melalui mimpi saya itu, saya diberi level 40. Lumayan kan? Mungkin saja yang tidak bermimpi hanya akan mendapatkan level 10.
But, jangan lupa berusaha juga ya, mimpi nggak akan terwujud kalau kita cuma menunggu dia terwujud tanpa kita melakukan apa-apa. Sebaliknya, usaha kita akan lebih baik apabila diiringi oleh do’a.
Lalu catatan kecil untuk kalian, apabila ada seseorang yang menceritakan mimpi mereka kepada kalian, jangan dijawab “Kalau mimpi jangan ketinggian” ya! Bagaimana kalau diganti dengan "Wah, mimpimu keren juga ya, semoga bisa terwujud ya".
Nah, kalau gitu kan adem gitu rasanya ya, hihihi.
Have a nice day!
With Love,
Ghassani Gita Nirwanawati
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment